1 MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA Membuang Sampah Pada Tempatnya Adalah Prioritas Awal Dalam Memajukan Bangsa Kata "SAMPAH" sudah menjadi hal biasa terdengar di telinga kita sebagai bangsa indonesia, dikatakan sampah jugalah dampak utama dalam mendatangkan bencana di negara ini. Sampah yang menumpuk, entah itu di selokan atau sungai yang Joeart· gambar orang membuang . Tempat sampah stok vektor dan ilustrasi bebas royalti. David rodin umb jakarta buanglah sampah pada tempatnya dan daur ulang sampah wmv kartun gambar film animasi. 28 gambar kartun anak membuang sampah di tempat sampah link download poster buang sampah pada tempatnya yang download dunia teranc di 2020 . 7Alasan Orang Membuang Sampah Sembarangan. Danzworld telah melakukan berbagai analisa dan observasi sehingga postingan ini keluar. Sepele mungkin masalahnya tapi perhatikan lah bahwa ini lah yang menyebabkan masih banyak sampah yang berkeliaran alias tidak pada tempatnya. Ok lah kita mulai dari alasan yang pertama: Semakinlama semakin banyak orang yang juga turut membuang sampah di lokasi tersebut, menyebabkan sampah dengan cepat menumpuk. Hal ini akan merusak fungsi lahan yang tadinya dapat dimanfaatkan untuk lapangan, taman, kebun, atau fungsi lainnya. 6. Merugikan Makhluk Hidup. Pada umumnya sampah tercampur baur, mulai dari sampah rumah tangga, sampah produksi, sampah kebun, dan jenis sampah lainnya. Beberapa sampah mengandung racun. Gambarbuang sampah pada tempatnya kartun memang sekarang ini sedang. 21 gambar poster orang membuang sampah pada tempatnya seri anak hebat aku buang sampah . Buang sampah, layanan, orang, daur ulang png 1431x1590px 83.6kb; 25 contoh poster pendidikan lingkungan kegiatan dan lain gambar. Jelajahi koleksi gambar, foto, dan wallpaper kami yang KarenaSampah. Cerpen Karangan: Fitri. Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Fantasi (Fiksi), Cerpen Lingkungan. Lolos moderasi pada: 21 July 2020. "Hei jangan buang sampah sembarangan!" kata seorang anak laki-laki yang bernama doni kepada temannya yang sedang membuang plastik bungkus snack ke sungai namanya rino. "memangnya kenapa?, suka-suka Terkaitpentingnya membangun kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya, sebagai warga kota Kupang, kami memberi masukan sebagai bahan pertimbangan bersama sebagai berikut : Di tingkat masyarakat,perlu meningkatkan sosialisasi tentang budaya membuang sampah pada tempatnya. Sosialisasi dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Dinas IDEAOnlineMantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti mengunggah sebuah video di Twitter-nya yang menggambarkan Pantai Pangandaran penuh dengan sampah.Dia menyesalkan ketika masih banyak orang yang membuang sampah secara sembarangan sehingga mencemari lautan. "Wisata kembali.. sampah kembali.. bisa kah kita berbeda untuk tidak lagi membuang sampah sembarangan.. saya sedih Tc7W6tH. 10 Alasan Kenapa Orang Masih Sering Buang Sampah Sembarangan Semua orang termasuk kita setidaknya pernah membaca tulisan “Buanglah sampah pada tempatnya” atau “Jangan buang sampah sembarangan” yang dengan mudah ditemukan di berbagai tempat umum, seperti sekolah, universitas, kantor, rumah sakit, kafe atau restoran, tempat wisata, dan masih banyak lagi. Kita juga telah belajar mengapa penting untuk tidak membuang sampah sembarangan karena berpotensi merusak lingkungan dan membuat kita rentan terhadap berbagai risiko kesehatan akibat sampah. Cek Alasan Kenapa Masih Ada Orang yang Membuang Sampah Sembarangan Indonesia sendiri menghasilkan ton sampah organik maupun anorganik setiap harinya. Bayangkan jika sampah-sampah ini tidak dapat dikelola dengan baik akibat dibuang secara sembarangan. Sebelum kita membahas lebih jauh bagaimana solusi sampah di Indonesia, kita perlu memahami tentang alasan kenapa orang masih sering membuang sampah sembarangan. Anggapan Bahwa Sampah Bukanlah Barang yang Bernilai Sehingga Tidak Memerlukan Perhatian Khusus Hal ini dikemukakan oleh Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret UNS, Drajat Tri Kartono. Sampah yang dikelola dan diolah dengan tepat maka dapat menjadi sesuatu yang lebih bernilai seperti kompos ataupun barang-barang daur ulang lainnya. Merasa Bahwa Sampah Bukan Tanggungjawab Pribadi Selain itu, Bapak Drajat juga mengungkapkan bahwa orang yang membuang sampah sembarangan di tempat umum kerap kali berpikir bahwa itu bukanlah tanggungjawabnya, melainkan tugas dan kewajiban dari petugas kebersihan ataupun pemerintah setempat. Ia tidak menyadari bahwa menjaga kebersihan lingkungan adalah tanggungjawab bersama, tidak sekadar salah satu pihak saja. Pola Pikir dan Kebiasaan Membuang Sampah Sembarangan yang Sudah Mendarah Daging Seperti halnya menganggap membuang sampah pada tempatnya bukanlah kewajiban pribadi, kebiasaan membuang sampah sembarangan yang melekat pada diri seseorang merupakan sesuatu yang sulit untuk diubah seperti yang telah dipaparkan oleh Ghianina Armand. Pola pikir ini ini semakin sulit untuk diubah karena manusia mudah terpengaruh orang-orang dan lingkungan sekitar, jika di sekitarnya sering membuang sampah sembarangan, maka orang cenderung akan mengikuti perilaku tersebut. Tidak Peduli Terhadap Perilaku Sendiri Ibu Ghianina juga menjelaskan bahwa salah satu alasan mengapa orang masih sering membuang sampah sembarangan ialah karena tidak peduli pada perilakunya sendiri, bersikap acuh tak acuh pada lingkungan, serta cenderung egois. Padahal, bagaimana perilaku kita terhadap lingkungan akan menjadi bagaimana kita mempresentasikan citra diri. Yakin Bahwa Tidak Ada Konsekuensi Membuang Sampah Sembarangan Masih banyak orang percaya bahwa tidak akan terjadi apa-apa jika sekadar’ melemparkan sampah ke pinggir jalan. “Tidak ada hukuman yang akan menanti,” begitulah pikirnya. Namun coba bayangkan jika ada 225 juta orang Indonesia yang juga berpikiran demikian, maka sampah akan sulit untuk dikelola sehingga dapat menimbulkan bencana seperti banjir yang tiap tahunnya menjadi momok di negeri kita. Sebenarnya, Indonesia telah mengatur terkait pengelolaan sampah yang tertuang dalam Undang-Undang UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Pada Pasal 29 Ayat 1, disebutkan bahwa setiap orang dilarang membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan. Terkait hal tersebut, UU juga menyebutkan bahwa akan diatur lebih lanjut dalam peraturan daerah kabupaten/kota. Hukuman atau Denda yang Tidak Efektif Meskipun negeri kita telah mengatur bagaimana kita harus mengurus sampah setidaknya untuk tidak membuangnya secara sembarangan, nyatanya hukuman atau denda yang berlaku di tiap kabupaten/kota dirasa masih kurang efektif di beberapa area, misalnya aturan jam membuang sampah hanya efektif pada area yang mempunyai CCTV Closed Circuit Television. Namun, di beberapa tempat seperti trotoar, orang masih bebas membuang sampah sembarangan karena hukuman atau denda yang masih tidak efektif untuk menertibkan setiap orang yang membuang sampah sembarangan. Meniru Apa Yang Dilakukan Oleh Kebanyakan Orang Penelitian telah membuktikan korelasi antara keberadaan sampah di suatu area tertentu dan pembuangan sampah yang disengaja atau tidak disengaja di tempat tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa ketika seseorang melihat sampah menumpuk di suatu tempat, itu memberinya kesan bahwa itu adalah tempat yang tepat untuk membuang barang. Dalam kebanyakan kasus, itu tidak disengaja atau disengaja. Lebih lanjut, jika suatu area sudah sangat berserakan, orang cenderung menambahkan lebih banyak sampah, sementara semakin bersih suatu area, semakin kecil kemungkinan orang mengganggu pemandangan dengan membuang sampah sembarangan menurut Robert Cialdini, Profesor Psikologi Arizona State University. Rasa Malas untuk Membuang Sampah Pada Tempatnya Rasa malas telah melahirkan budaya membuang sampah sembarangan. Biasanya, orang menjadi terlalu malas dan tidak mau membuang sampah pada tempatnya. Kita sering melihat orang yang tinggal di dekat sungai dengan mudahnya membuang sampah ke sungai tersebut daripada mengelolanya pada tempat yang tepat. Kurangnya Tempat Sampah Seringkali, orang membuang sampah sembarangan hanya karena tidak ada tempat sampah di dekatnya. Daripada tidak nyaman membawa sampah, orang memutuskan lebih mudah untuk meninggalkannya, menurut penelitian yang dilakukan oleh Allegheny Front. Di beberapa tempat, misalnya saat festival kerap kali sulit untuk menemukan tempat sampah sehingga orang dengan mudahnya membuang sampah di tengah keramaian. Selain itu, ada tempat yang memiliki tempat sampah, namun tidak dikelola dengan baik sehingga kontainer kelebihan muatan dan akhirnya berserakan karena ditiup angin atau karena diaduk-aduk hewan liar. Masih Kurangnya Pemahaman Terkait Akibat Sampah yang Tidak Dikelola Banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa berbagai tindakan membuang sampah sembarangan berdampak negatif terhadap lingkungan. Akibatnya, masyarakat terus membuang sampah sembarangan tanpa memikirkan dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Misalnya perilaku membuang sampah ke sungai yang dapat mengakibatkan meluapnya air saat musim penghujan. Nah, itulah beberapa alasan mengapa masih banyak orang yang membuang sampah sembarangan. Biasanya, mereka yang masih mengabaikan pengelolaan sampah di lingkungannya ini karena tidak terdampak langsung dari situasi penimbunan sampah seperti banjir, bau yang menyengat, atau paparan kuman/ bakteri dari sampah yang berpotensi menjadi bibit penyakit orang di sekitarnya. Setelah mengetahui alasannya, apakah teman-teman SDGs Youth Hub punya saran agar orang nggak buang sampah sembarangan lagi? Yuk, utarakan pendapat kamu di kolom komentar atau menuliskannya di laman Aspirasiku! Referensi Bramasta, D. B. 2020, May 11. Mengapa Orang Indonesia Suka Buang Sampah Sembarangan? Diambil kembali dari Kukreja, R. Causes, Problems and Possible Solutions To Stop Littering. Diambil kembali dari Conserve Energy Future Prasetyo, B. A. 2021, Desember 15. Terbiasa Menaruh Tumpukan Sampah Di Pinggir Jalan? Awas, Ini Sanksinya! Diambil kembali dari Pristananda, J. A. Pengaruh Perilaku Masyarakat Membuang Sampah di Sungai. STIKes Surya Mitra Husada. Stop Littering Habit. Diambil kembali dari Petungsewu Wildlife Education Center The Real Reason People Litter – and How You Can Help. 2021, Januari 25. Diambil kembali dari Potomac Conservancy Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pernahkan Anda menginginkan Jakarta bebas dari banjir?Pernahkan Anda menginginkan Jakarta untuk bebas dari pemandangan sampah yang berserakan?Kali-kali di Jakarta, serta pantai Ancol misalnya, benar-benar bersih dari sampah Bahkan baru-baru ini sedang ramai postingan, bioskop penuh dengan popcorn yang berserakan, disertai sampah minuman, dan sebagainya. Sebenarnya bukan baru-baru ini saja terjadi. Hal seperti ini sudah kerap sekali terjadi ketika saya selesai menonton bioskop. Kalau ditanya, "kenapa ga buang nanti aja diluar?", pasti akan dijawab, "buat apa mereka disini, kalo kita juga yang mesti buang sampahnya." Jawaban seperti ini akan ditemui tidak satu dua orang saja, tapi bisa jadi lebih. Karena memang kita, masyarakat, belum dibudayakan untuk membuang sampah pada tempatnya, dan sadar bahwa menjaga kebersihan lingkungan bukan hanya tugas orang yang telah digaji, tapi semua orang yang tinggal di bumi ini. Saya menulis ini bukan ingin menasihati Anda yang masih sering membuang sampah tidak pada tempatnya, tapi mengajak Anda juga turut serta mempedulikan lingkungan sekitar kita. Sebenarnya budaya kita yang masih suka buang sampah sembarangan tidak bisa disalahkan sepenuhnya ke diri kita. Pemerintah daerah sendiri sepertinya juga kurang mementingkan penempatan tong sampah. Kalau saya perhatikan, jarak dari tong sampah satu ke tong sampah lainnya di jalan yang banyak pedagang kaki lima misalnya, itu sangatlah jauh. Maka secara otomatis, orang yang sedang memegang sampah makanan, akan membuang sampah tersebut ke tempat yang sedang lowong saja, tidak peduli itu bukanlah tong sampah. Sosialisasi untuk mempedulikan lingkungan hidup juga seperti di support setengah-setengah, bahkan punishment untuk membuang sampah pada tempatnya, masih kurang dijalankan. Polisi lebih senang menilang pengendara-pengendara yang mungkin tidak pakai pentil di ban motor, misalnya. Sebenarnya kalau sosialisasi dan punishment dalam hal membuang sampah benar-benar didukung dan digalakkan, maka masyarakat juga akan ikut sadar bahwa kewajiban membuang sampah pada tempatnya adalah kita semua. Jadi ada baiknya, masyarakat dan pemerintah daerah bisa saling mendukung. Saya bisa katakan ini semua, karena saya mengalami pengalaman yang cukup berharga ketika dua tahun tinggal di luar negeri. Mungkin bagi Anda yang sudah study abroad ataupun tinggal di luar cukup lama di negeri orang atau yang sering travelling ke luar negeri, juga akan mendapatkan pengalaman yang sama seperti saya. Taiwan, adalah tempat saya belajar selama dua tahun. Kalau dibilang Taiwan super bersih, saya bisa dengan tegas mengatakan "TIDAK", daerah pinggiran mereka masih banyak yang sampahnya berserakan, dan warga di daerah pinggiran tersebut masih hobi meludah di sembarang tempat, juga membuang sampah sembarangan. 1 2 3 4 Lihat Nature Selengkapnya Hampir di semua tempat umum yang pernah saya kunjungi, anjuran untuk membuang sampah pada tempatnya selalu saya temui. Baik berupa tulisan di papan peringatan sederhana, hingga poster berisi ilustrasi yang indah. Meski begitu, tak semua tempat itu bersih dari sampah. Apalagi di taman atau trotoar, jamak kita temui puntung rokok maupun sampah plastik yang paham, kesadaran manusia untuk mengikuti anjuran membuang sampah pada tempatnya memang masih kurang. Apalagi di negara ini, yang tiap daerahnya punya masalah sampah yang hampir mirip. Jadi apa yang harus dilakukan? Apakah cukup hanya dengan membuang sampah pada tempatnya?Sudah saatnya kita mempertanyakan maksud dari “buanglah sampah pada tempatnya” dengan lebih tenanan. Maksud saya begini, anjuran itu sudah tepat untuk menjadi jawaban atas masalah sampah di sekitar kita atau belum. Tentu kita harus memretelinya kata demi kata. Di awalnya sudah ada kata membuang, alias sebuah kegiatan untuk menyingkirkan sesuatu. Bahkan, hal ini seolah beririsan dengan tak memperdulikan apa yang akan terjadi dengan sampah itu. Pokoknya buang dan usai. Kebetulan saja yang dibuang adalah sampah, yang sepertinya tak semudah itu untuk kira ini adalah perbuatan yang tak terlalu baik saat diterapkan pada sampah. Kenapa sampah harus dibuang, seolah-olah sampah hanyalah benda tak berguna. Ada banyak alternatif yang bisa kita lakukan selain ulang atau menggunakan kembali adalah jalan keluarnya. Memang tak semua sampah bisa didaur ulang atau digunakan kembali, apalagi tak semua orang punya kemampuan dan pengetahuan perihal hal itu. Ada yang bikin kerajinan, punya pabrik pengolahan, hingga membuat yang harus dilakukan adalah tak membebankan masalah ini hanya pada individu. Ini masalah bersama, terutama pemerintah sebagai pihak yang mampu membuat kebijakan nan besar. Boleh saja menggaungkan kampanye anti-kantong plastik, go green lewat totebag, hingga membawa botol minum dan kotak makan pun melakukan itu, tapi hanya karena tak ingin rumah saya penuh sampah, dan memang tak suka menyebabkan diri saya repot karena banyak sampah yang harus saya urus. Begitu juga rasa tak tega saya melihat TPA tempat pembuangan akhir dan lingkungan sekitar saya menjadi “tempatnya” sampah. Tapi, saya tak bisa meyakininya sebagai solusi untuk permasalahan sampah secara umum. Banyak pihak besar yang justru menyebabkan sampah membanjiri kehidupan kita, baik organik maupun nonorganik. Bahkan, banyak pihak-pihak yang tak hanya besar, namun besar sekali. Ini bukan masalah individu semata, tak semudah itu solusinya, memang ada budaya acuh pada perbuatan menyampah, begitu juga kegiatan asal bayar petugas kebersihan dan merasa masalah sampah selesai. Tapi, saya yakin budaya itu bisa berubah jika ada kebijakan yang baik dan keseriusan menyadari bahayanya sampah-sampah yang makin menggunung. Jangan sampai ada yang merasa sudah tak punya tanggung jawab lagi setelah bayar iuran sampah, baik masyarakat maupun pihak-pihak besar macam pemerintah, perusahaan, dan pabrik. Karena pada akhirnya sampah itu hanya berpindah tempat saja, dan membuat hidup orang lain masalah “tempatnya” tadi, di mana kiranya tempat yang tepat untuk sampah?Saya pikir punya tempat sampah umum bukan satu-satunya jalan keluar. Apalagi yang dipilah, tapi ternyata dicampur lagi saat masuk truk, lalu dibuang dan berbaur dengan semua jenis sampah di TPA. Begitu juga bikin TPA yang hanya menjadi tempat menimbun masalah bersama. Kita perlu tempat pengolahan yang manusiawi, begitu juga penanganan sampah yang benar, bahkan sejak dari para pemilik perlu, mengurangi jumlah sampah sejak masa produksi sebuah barang, dan meminimalisir penggunaan produk yang berisiko menjadi sampah yang sulit di daur ulang atau terurai. Bisa saja menggunakan bahan alternatif yang ramah lingkungan. Sekali lagi, bukan hanya individu, tapi semua pihak melakukan kita di masa seperti sekarang ini adalah eksploitasi berlebihan pada apa saja, dan sampah termasuk di dalamnya. Semua serba dijual, dan yang tak laku dibuang begitu saja. Ada yang menjual barang, bahkan makanan. Produksi barang sekali pakai yang memakan banyak energi dan mencemari lingkungan, pada akhirnya hanya berakhir menjadi sampah yang lagi-lagi mencemari lingkungan hidup. Makanan yang dibuat agar laku, pada akhirnya dibuang saat tak laku, bahkan saat banyak yang kelaparan. Lalu semua itu membuat lingkungan tambah semrawut dan semua dibuat bukan hanya untuk kepentingan manusia, atau agar sekedar mendapat nilai gunanya yang substansial saja. Tapi, semua harus diperas, dibuat, dijual, dan akhirnya dibuang atas nama keuntungan. Lalu kita menempel plang bertuliskan “buanglah sampah pada tempatnya”, atau disuruh “go green” dengan solusi-solusi yang individual semata. Saya yakin, masalah sampah tak sekedar sampai pada imbauan dibuang pada tempatnya. Ini masih jauh, dan masih lah, tinggal ngopi dulu Bayu Kharisma Putra Editor Rizky PrasetyaBACA JUGA Adakah Dana Istimewa untuk Sampah yang Tidak Istimewa?Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content UGC untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di diperbarui pada 14 Juli 2022 oleh Rizky Prasetya